Nilai Pernikahan
Pernikahan memberikan rasa aman
secara emosional dan psikologis bagi seseorang. Pernikahan juga memberi
kesempatan untuk berbagi rasa, pengalaman, dan cita-cita (gagasan) dengan
seseorang yang dicintai. (Rathus, dkk.: 412).
Dengan demikian, perkawinan
mengizinkan (mengabsahkan) dan sekaligus membatasi hubungan seksual. Hal ini
memperkenankan pasangan untuk menerima bahwa anak-anak yang dilahirkan oleh
istri, juga merupakan milik suaminya. Perkawinan juga merupakan lembaga tempat
anak-anak didukung dan disosialisasikan untuk menerima norma-norma keluarga dan
budaya. Hal ini mengizinkan pengalihan kekayaan secara tertib dari satu
keluarga dan generasi ke keluarga dan generasi lainnya. (Rathus, dkk.: 411).
Bila diperhatikan dengan
sungguh-sungguh, maka janji-janji perkawinan itu sangat berarti dan tak
terbatas.
Penyelidikan Perjanjian Baru
mengungkapkan penegasan atas monogami dan perkawinan. Hanya ada pernyataan
negatif tentang perzinahan. King James Version menggunakan kata fornication (perzinahan) untuk
menggambarkan ketidaksucian atau segala jenis seks terlarang, termasuk hubungan
seks di luar perkawinan. Perjanjian Baru meneguhkan perkawinan. Hubungan
seksual ditempatkan secara tegas dalam konteks perkawinan.
No comments:
Post a Comment