Monday, June 3, 2019

"Bapa"

7, 8, 9 Juni 2014

Sabtu itu, aku sama sekali tidak berkomunikasi dengan Bapaku dari pagi hingga menjelang siang terlebih lagi sedang mengajarkan les privat mengaji bersama Anis. Bapaku begitu terlihat sehat dan dia sangat semangat siang hari setelah aku mengejar ngaji dan mengantar anak didikku pulang. Setelag menganta, aku langsung main ke ruma temanku Intan di Kekerean. Ketika sedang membaca komik, sebuah sms datang melalui hp temanku yang mana isinya menyuruhku agar segera pulang. Kejadiannya begitu cepat, ketika aku akan pulang, aku berdaya-tanya ada apa, aku pikir ada tamu, tapi ternyata pas aku lihat di luar rumah ga ada kendaraan dan ga ada tamu, tapi ketika aku masuk ke dalam rumah, Bapaku sudah koma tak berdaya. 

Aku disuruh mamah untuk mencari angkot supaya Bapaku dibawa ke Puskesmas, aku langsung lari ke perapatan Janala dan ada angkot tapi ketika aku bilang ke pa supir angkot dia ga mau bantu untuk bawa ayahku ke Puskesmas. Lalu ada seorang kaka-kaka yang baik yang ngeliat aku panik, dan dia menyarankan aku untuk meminta bantuan ke salahsatu rumah dekat situ yang memiliki mobil, dan ketika aku bilang beliau mau membantuku, beliau adalah Pa Dani (suatu saat jika aku ke Bogor, ke Janala, dan jika aku dipertemukan kembali dengannya dengan ke hendak Allah, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih kepadanya atas kebaikannya pada keluargaku). 

Setelah mobil Pa Dani datang ke rumahku, Bapaku segera dibawa ke Puskesmas Rumpin. Namun karena sudah dalam keadaan koma, dan tidak bisa diatasi oleh Puskesmas, maka Bapa dirujuk ke RS Cibinong. 

Mamahku bercerita bahwa sebelum ayahku koma, dia telah melaksanakan sholat dzuhur, berbincang dan memberikan wejangan dan mengingatkan Mamah dan Aa untuk segera sholat. Aku sedih karena tidak banyak berkomunikasi sama Bapa. Sebelum Bapa koma, kata Mamah kepalanya pusing, terus dia minum obat bintang 7 kemudian tidur, ga lama setelah tidur Bapa kejang, mulutnya berbusa dan mengalami gejala stroke, Ya Allah, pasti itu sangat terasa sakit. Aku belum sempat meminta maaf secara langsung sama Bapa. 

Ketika aku berada di RS Cibinong, aku tak kuasa menahan tangism karena aku sedih ngeliat keadaan Bapa yang sedang berjuang melawan rasa sakitnya. Di hidungnya dipasang selang untuk membantu menghirup oksigen, terus dari mulutnya terus mengeluarkan kotoran, aku menangis waktu itu. Namun Aa dan Mamah mengingatkanku untuk jangan menangis tapi berikanlah do'a supaya Bapa merasa tenang. Lalu, aku pergi ke musola untuk sholat dan meminta yang terbaik sama Allah S.W.T.

Malam itu, aku, Aa, Teteh, Mamah dan semuanya bermunajat kepada Allah, sesungguhnya aku meminta kesembuhan dan yang terbaik buat Bapa, dan Allah berkehendak dan sekitar pukul 23.00 WIB Bapa menghembuskan nafas terakhirnya dengan disaksikan hanya oleh Mamah di sebelah kanan Bapa dan aku di sebelah kirinya dengan memegang erat tangannya dengan menunduk (disitu aku tidak menyaksikan ketika Bapa menghembuskan nafas terakhir). Pada saat itu Mamah bilang padaku untuk memanggil Suster, setelah aku kembali ke kamar Bapa, disitulah aku menyaksikan kalau Bapa telah mendahului kita semua. 

Aku begitu syok, dalam pikiranku mengatakan ini adalah sebuah mimpi, tidak nyata, aku tidak mau ini terjadi. Tapi, kembali lagi, aku teringat firman Allah bahwa "setiap yang bernyawa pasti akan mati dan kembali kepada-Nya". Itulah yang membuatku berusaha untuk bersabar, dan aku sangat bersyukur karena Allah masih memberikanku Mamah, Aa, Teteh dan orang-orang yang menyayangiku. Semoga kami bisa belajar dari hal ini, dan lebih mengingat-Mu kembali, dan kumpulkanlah kami di surga-Mu nanti Ya Rabb. Amin.

No comments:

Post a Comment

Kutipan Ir. Soekarno Bapak Presiden RI Ke-1, Bapak Berkharisma, Pemimpin yang Disegani Dunia

  1.    1. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan ...